![]() |
Anglumea – CEO OpenAI membagikan pengamatan menarik mengenai perbedaan cara kelompok usia menggunakan ChatGPT—mulai dari melihat AI sebagai pengganti mesin pencari hingga menjadi “sistem operasi” dalam kehidupan perkuliahan.
ChatGPT dalam Kacamata Berbagai Generasi
Dalam acara AI Ascent yang diselenggarakan oleh Sequoia Capital pada 13 Mei lalu, Sam Altman, CEO OpenAI, menyampaikan sejumlah pandangan menarik tentang bagaimana usia pengguna mencerminkan cara mereka berinteraksi dengan model kecerdasan buatan, khususnya ChatGPT.
Menurut Altman, sedang terbentuk sebuah pola penggunaan yang ia akui mungkin “terlalu disederhanakan.” Secara spesifik, ia mengamati bahwa:
- Orang yang lebih tua cenderung menggunakan ChatGPT sebagai pengganti Google, terutama untuk mencari dan menelusuri informasi.
- Orang berusia 20–30 tahun justru memposisikan ChatGPT sebagai “penasihat hidup,” tempat mencari nasihat dan arahan.
- Mahasiswa menggunakan ChatGPT sebagai “sistem operasi”—sebuah platform yang mendukung berbagai aktivitas akademik maupun pribadi.
Generasi Muda dan Hubungan Mendalam dengan AI
Menjelaskan lebih jauh tentang kelompok pengguna muda, Sam Altman menyebut bahwa mereka berinteraksi dengan ChatGPT—dan AI secara umum—“untuk menghubungkan berbagai berkas dan biasanya memiliki perintah (prompt) yang cukup kompleks yang mereka ingat di kepala.”
Hal penting lain yang ditekankan oleh CEO OpenAI ini adalah: “Mereka benar-benar tidak membuat keputusan tanpa terlebih dahulu bertanya pada ChatGPT apa yang sebaiknya dilakukan. Dalam percakapan dengan AI itu sudah termuat konteks penuh tentang orang-orang dalam hidup mereka dan apa saja yang telah dibicarakan.” Ia juga menambahkan bahwa semakin banyak orang berbincang dengan ChatGPT tentang kehidupan pribadi, masalah psikologis, bahkan keputusan-keputusan penting dalam hidup.
AI Sebagai Penasihat: Potensi dan Kehati-hatian
Menurut ulasan dari situs teknologi Techradar, tidak semua orang merasa nyaman atau cukup percaya untuk menggunakan chatbot AI sebagai penasihat pribadi. Keraguan ini sangat wajar, mengingat keputusan penting diserahkan kepada entitas non-manusia.
Namun, kenyataannya jika berbicara dengan AI sebelum membuat keputusan bisa memberikan manfaat tersendiri. Chatbot AI dapat membantu pengguna memulai proses pencarian informasi secara efisien atau memberi saran yang berguna untuk keputusan-keputusan kecil dalam kehidupan sehari-hari—berperan sebagai “teman bicara” atau “otak kedua” yang dapat dijadikan referensi.
Kesimpulan
Pandangan yang dibagikan oleh Sam Altman tidak hanya menunjukkan betapa dalamnya penetrasi AI dalam kehidupan manusia, tetapi juga membuka kemungkinan arah pengembangan teknologi ke depan. Ketika AI semakin terintegrasi dalam cara berbagai generasi membentuk dan menavigasi kehidupan mereka, perannya akan berkembang dari sekadar alat bantu menjadi mitra strategis dalam pengambilan keputusan pribadi dan profesional.